Praktikum Tamvan
Rabu, 18 Februari 2015
Sebenernya gue udah bangun jam 01.00 dini hari tadi, tapi karena mata ini
terasa ingin beristirahat kembali akhirnya gue membiarkannya sejenak dan tiba
pukul 03.30. Alarm gue berbunyi kembali. Gue agak tersentak dengan melihat jam
berapa sekarang karena gue belum baca materi buat praktikum fisika dasar hari
ini. Hukumnya wajib banget baca materi dan modul fisika sebelum praktikum
dilaksanakan. Tahu sendiri kan, gue itu lemah di bidang fisika, matematika, dan
apapun itu yang berhubungan numeric. Ya, sesuai juga sih dengan hasil psikotes
yang kemarin baru gue ambil di ruang konseling. Okay, lupakan.
Entah kenapa badan ini pengen banget membaring. Rasanya gue disuruh kembali
mengistirahatkan badan gue oleh badan gue sendiri. Haduuuuh…
Apakah ini yang namanya sindrom malaztomia? Ckckck. Eits, gue harus cepat cari
obatnya segera. Ya sesegera mungkin, sebelum penyakit sejuta umat itu menjalar
dalam waktu yang lama.
Finally, gue bangun jam 05.00, eaaalaaah. Akhirnya perjalanan tidurku yang
melelahkan itu selesai juga. Aku serada mendelik dengan menatap layar ponselku
yang dua jam lagi praktikum akan dimulai. Gue segera meraih modul fisika, tugas
pendahuluan yang udah gue kerjain semalem, dan si pio. Gue begitu menyadari
betapa fisika bagi gue itu membuat gue merinding, banyak angka yang berkeliaran
di sana, banyak analisa yang musti dikuasai benar-benar, banyak pengertian dan
konsep yang memang tidak bagitu gue kuasai. Gue mencoba mereview bahan untuk
praktikum nanti, gue baca-baca kembali teori-teori yang kemungkinan bakalan
keluar untuk tugas pendahuluan nanti, gue juga baca kembali tugas pendahuluan
yang biasanya soalnya sih mirip-mirip sama yang di TP, dan gue baca juga buku
giancolli tentang materi magnet. Oke, sudah. Gue mencoba menghafal materi dan
mengerti materinya. Semoga gue nggak ngeblank pas jawab soal tes awal nanti.
Karena praktikumnya jam 07.00 pagi dan gue nggak mau mengulang kesalahan dan
kecerobohanku yan lalu, gue berangkat ke kampus jam 06.20. Cukup pagi. Gue
nggak mau berangkat jam 07.00 kayak waktu itu, karena gue mengira kalo
praktikum fisika dasar itu dimulai jam 08.00. Hehehe sebagai manusia yang baik
gue nggak mau mengulangi kesalahan yang sama. Ya nggak sih?
Saat gue berangkat dan mulai keluar dari asrama gue melihat ada angkot tipi.
Ya, di dalem angkotnya ada tipi dan di luarnya pun aja tipinya juga. Akhirnya,
gue bisa merasakan bagaimana rasanya menaiki angkot tipi itu. LUAR BIASAAAAA.
Biasa aja maksud gue, hehehe. Karena mau naik angkot apapun juga, selama
bayarnya tetep 2.500 itu sama aja. Mau itu ada tipinya atau nggak, kalo
bayarnya tetep 2.500 itu sama saja, wkwkwk. Ya, finally gue bisa naik angkot
tipi itu juga sih, setelah si Alia majang foto itu di line debust yang dia
keheranan sekali. Pas gue turun dari angkot tipi, mbak-mbak yangb jualan di
depan masjid salman teriak-teriak gitu. Katanya sih, Wiih ada tipinya. Aku
ngekek dalem hati, tapi aku pura-pura aja nggak denger. Habisnya aku tidak
sanggup. Huaahahaaa
Setelah ambil sarapan gratis di KKP, gue langsung cabut dengan segera ke
comlabs. Udah mulai rame sih, lumayan. Gue langsung nyamber jas lab gue dan
langsung pergi ke lantai 2 supaya absensi gue bisa tepat waktu dan kurang dari
jam 7, hehehe.
Oh, iya.. Gue lupa bilang nih, gue bersyukur banget karena hari ini gue dapet
modul yang lumayan gampang sih, menurut gue. Dibandingkan dengan modul-modul
yang lain. Hari ini gue dapet modul 06, Motor Listrik DC. Awalnya, gue kira
apaan loh ya. Dari judulnya aja ini asing banget, gue kira ini bakalan susah.
Eh.. ternyata nggak hehehe semuanya itu akan susah jika kita terus
membayangkannya dan akan terasa susah jika kita tidak melakukannya segera.
Itulah definisinya bayangan, menurutku hehehe.
Ini adalah praktikum fisika dasar di semester duaku pertama kali. Pimpinan
praktikumnya cewek, kelihatannya sih nggak asyik kayak kak Kiagus. Cewek,
serius sih orangnya kelihatannya. Kalo Kak Agus mah selaw. Secara dia angkatan
2010 dan si cewek ini adalah anak fisika tahun 2012. Eaaaalaah masih muda
ternyata. I think…
Kelompok fisika dasar gue masih sama seperti semester satu. Masih bersama Puji,
Vika, Bams, Hanif, Billy, Sandra, Devi, dan Maysi. Masih bersembilan.
Pertama-tama para asisten praktikum memperkenalkan diri terlebih dahulu, hhmm…
Semester yang lalu nggak ada acara ta’arufan kayak begini nih, bagus juga sih
si pimpraknya. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak jadian, *eh *kok?
#lupakan. Dimulai dari kanan terlebih dahulu, aku lupa nama mereka, ngomong-ngomong.
Tapi aku bisa ambil kesimpulan kalo para asprak ini rata-rata berasal dari
jurusan Fisika Murni, Teknik Fisika, dan Teknik Elektro. Okey, secaralah
semester dua ini sebagian materi adalah listrik maka tak heran jika para
aspraknya pun berasal dari bidang yang berhubungan. Gue memperhatikan asprak
itu memperkenal diri mereka masing-masing, tak sayang sekali, kemampuan gue
untuk mengingat nama kayaknya cukup rendah wkwkwk yang gue tahu itu, kakak yang
putih, tinggi, dan lumayan itu adalah asprak gue kali ini. Saat kakak asprak
itu mengenalkan diri, menyebutkan nama dan modulnya temen-temen sekelompok gue
ada ketawa, entah kenapa~.
Ya, gue sudah tahu kakak asisten praktikum kali siapa. Gue mencoba
memperhatikan, apakah si kakak tersebut murah nilai, hehehe berharapnya sih dia
seperti kakak 85, kak Satrio Muhammad, Mesin 2013 yang semester 1 sempet mampir
ke kelompok kami dan meninggalkan senyum, kebaikan hati membantuku, dan
pastinya nilai 85. Terimakasih Kak Satrio, Kembalikan kak Satrio pada kelompok
F, gue mohon. Ya, sudah tidak mungkin juga sih, yang aku harapkan pada hari ini
adalah… sifatnya kak Satrio bisa menitis pada Kak Revie.
Awalnya sih gue nggak tahu namanya si kakak asprak siapa. Setelah dia
memperkenalkan diri, nama dia adalah Revie Marthensa dari Elektro 2013 gue
langsung tercengang, karena ternyata dia masih mahasiswa yang angkatannya beda
setahun ama gue. Dia kelihatan dewasa banget. First impression sama kak Revie
adalah senyumnya yang ada lesung pipit dipinggir bibirnya. MasyaAllah, kakaknya
ramah sekali. Setelah gue pikir-pikir senyum kak Revie itu mirip banget sama
Lee Seung Gi. Waaaaa serasa gue lagi ada di lokasi syuting drama korea aja.
Cukup. Lupakan. Kak Revie bilang kalau dia nggak tahu tentang modul ini, karena
disini dia adalah sebagai pengganti dari aspraknya. Oalah, pantes aja kalo gitu
sih. Tapi, menurut gue sih, seorang asprak itu harus menguasai semua materi
modul. Kak Revie lucu banget, lucu kelihatannya, kayak orang pinter sih, tapi
kayak orang bego juga hehehe… maafkan gue bicara seperti itu. Habisnya gue
pengen ungkapin aja. Setelah itu kak Revie member kami tes awal. Soalnya …
1. Bagaimana
caranya agar motor listrik bisa bergerak lebih cepat?
2. Apa
judul dan tujuan percobaan pada modul ini? *hah *hehoh
3. Bagaimana
kawat atau kumparan yang diberi arus listrik bisa bergerak?
Kira-kira pertanyaannya gitu sih.
Lumayanlah, bisa gue jawab. Nomor 2 itu looooh. Gue agak kaget aja dengan
pertanyaannya. Nggak biasanya seorang asprak memberikan soal yang sama sekali
mudah luar biasa benar wkwkwk. Yasudahlah, bersyukur aja dapet soal begitu.
Semoga praktikum kedua soalnya ada kayak begituannya lagi.
Saat gue sedang berpraktikum
ria…
gue melihat dia… dia? dia? dia siapa? Dia adalah kakak sombong. Sebut saja
dia kakak sombong. Gue panggil dia kakak sombong karena gue punya cerita kurang
mengenakan tentang dia. Aaahh, tuhkan gue jadi cerita kan disini. Yaudah
begini, kilas balik…
Sekitar bulan September, gue daftar SEF
(Student English Forum). Jadi, SEF ini adalah sebuah unit di ITB yang menampung
para mahasiswa yang ingin belajar debat bahasa dengan baik, awalnya gue
ngiranya sih begitu. Ow ow, ternyata setelah gue tahu seluk beluknya gue amat
salah mengartikannya. Gue mencoba daftar SEF dan menjalankan seleksinya. Oh,
ternyata ada seleksinya ya? Ketat pula, Ya Allah, bahasa inggris gue kan masih
belepotan. Gimana bisa gue lolos seleksinya, orang berargumen pake bahasa
inggris aja jarang, apalagi debat pake bahasa inggris. Huft, lelah sekali waktu
itu seleksinya. Yang paling gue inget adalah ketika si kakak sombong bilang
kalau, “Di ITB itu penuh dengan persaingan, begitu pula disini. Yang mau masuk
unit ini juga harus bersaing karena kita nggak mau kualitas SEF itu menurun,
jadi kita pilih orang-orang yang memang berbakat.” Setelah mendengar kata-kata
itu gue langsung merinding. Rasanya gue pengen cepet-cepet acara seleksi ini
selesai, balik ke asrama, nggak mau balik lagi, dan say goodbye pada si kakak
sombong itu dan unit yang isinya orang-orang yang menyeramkan. Begitulah,
definisi sombong menurutku. Definisi sombong itu ketika kata-kata orang
tersebut tinggi, terkesan mengagung-agungkan dan ditambah dengan muka sombong
pula.
Oke, begitulah cerita gue hari ini.
Hari ini hari rabu. Hari ini sungguh menyenangkan. Praktikumnya, aspraknya,
semuanya. Alhamdulillah, gue belum berkeinginan untuk pulang ke rumah. Gue
bermaksud nggak pulang karena gue ingin homesick ini sembuh hehehe. Oh iya, gue
berharap banget 2 minggu ke depan, gue dapet aspraknya kak Revie lagi.
Habisnya, si kakak tadi nawarin nilai, “Kalian mau nilai berapa sih?”. Yaaaaa
pake ditanya, ya mau seperti kakak 85 lah. Bagi gue nilai 85 di praktikum ini
sudah maksimal.
Ya Allah terimakasih untuk hari ini….
Komentar
Posting Komentar