Sisa-Sisa Cahaya Bintang yang Masih Bertahan…
![]() |
sumber : www.google.com |
Ku terduduk di balkon
Memandang langit yang tanpa bulan
Bintang pun ingin bertemu bulan
secepatnya
Segera mungkin
Saat ini juga
Padahal di langit bertaburan bintang
Tapi terlihat kosong
Ada kehampaan yang terasa
Sudah lama bulan tidak di langit
Hanya ada bintang bersama teman-teman
yang lain
Sisa-sisa cahaya beberapa tahun yang
lalu masih berkedip terang
Tetap terangi angkasa yang gelap
Ya, sisa-sisa cahaya itu adalah aku
Dengan segenap hati aku berusaha menghilangkan
sisa-sisa perasaan itu
Namun bedanya aku adalah perempuan yang
penakut
Takut jika perasaanku ini malah
membunuhku
Aku takut menyukaimu
Aku takut terlalu menyukaimu
Takut jika rasa itu terus ada sampai aku
dewasa
Yap, begitulah sekiranya puisi receh yang sedang gue buat hahaha.
Singkat, rada gak jelas alurnya, diksinya, maknanya, tapi ya emang begitu yang
lagi gue rasain hahaha apa gue aja yang nggak bisa bikin puisi. Bhaaak! Gue
akui gue adalah seorang yang semi koleris-melankolis. Udah tau kan bedanya?
Jauh banget sebenernya, tapi gue merasakan gue memiliki keduanya, gue seorang
koleris dan seorang melankolis. Pada saat-saat tertentu gue sering galau
sendiri apalagi ditambah lagi dengerin music yang super duper amat sangat bikin
hati terguncang badainya perasaan galau. Tapi galaunya gue sih sebenernya bikin
gue terkadang bikin bingung juga wkwkwk. Gini, disaat gue lagi dengerin lagu
kayak instrumentnya First Love – Utada Hikaru dengan kedua headset menempel
ditelinga gue, gue merasakan gue rindu banget sama seseorang yang dulu (mungkin
sekarang masih) gue sukain. Tiga tahun yang lalu tepatnya. Aduh tuh kan!!
Udahlah nggak usah diingetin! Tapi gue pengen berbagi aja sih apa yang lagi gue
rasain hehehe. Sekarang dia udah lulus dari ITB. Bedanya dia dan gue sekitar
empat tahun, artinya waktu gue kelas 12 SMA dia lagi semester 7 di ITB. Hhmm..
Terkadang gue sering banget minder karena udah suka sama dia. Dia adalah
seorang laki-laki yang berbeda dengan laki-laki lain, sejauh ini yang gue
lihat. Emang sih, dia tamvan, baik, soleh, aktif organisasi, pinter (dengan
indeks prestasi kumulatif diatas 3, nggak kumlot sih, tapi kan diatas 3 itu
udah bagus banget! Hahaha belain), dan penyayang keluarga (yang gue lihat dari
instagramnya wkwk stalker abisssss).
Gak tau kenapa, gue merasa beruntung aja bisa bertemu dua kali secara
langsung. Waktu pertama kali gue lihat dia gue pernah berharap bisa
dipertemukan secara langsung (face to face) di ITB. Dan ternyata,
Alhamdulillah, Allah kasih kesempatan itu. Dua kali J Tapi
badan gue rada demam kalau berhadapan sama dia, rasanya gue pengen puter balik
badan ini walaupun hati ini pengen berlama-lama dengan dia (Astaghfirullah,
Maafkan hamba… Tapi hamba jujur.)
I am sure you’ve had your first love. Yap! Why do I feel so sure and
believe that first love is so hard to forget. It seems like a miracle from God.
Giving the spirit and strength if you can maintain it wisely. But, keep your
love for your God as your life priority. Don’t over act to love somebody, even
love your sweetheart, your first man for the first time you love him so much.
No! Don’t make your feeling to your man to be the first priority. I just make
that feeling as my spirit and motivation in order to someday I will meet him
directly in Institut Teknologi Bandung. Just a simple wish in 2014.
Sebenarnya masih banyak banget yang mau gue ceritain di sini…
Komentar
Posting Komentar