Efek Samping Ta’aruf (Part II)
![]() |
sumber : mbokde google.com |
Padahal peristiwa ta’aruf itu udah seminggu
yang lalu, tapi kenapa efek sampingnya masih ada juga? Padahal gue udah pake
dosis yang tepat, gue menganggap ta’aruf adalah jalan yang baik menuju sebuah
perkenalan yang InsyaAllah jika berjodoh akan berakhir pada suatu pernikahan.
Udah itu aja. Dosis gue nggak berlebih. Artinya ada efficacy nya. Iyuuuhh apaan
tuh?
Gue udah tahu sih kata-kata ta’aruf udah cukup
lama, tepatnya saat gue TK yang waktu itu gue sempat jatuh hati pada teman TK
gue yang cukup ganteng (baca=kegantengannya hanya bertahan sampai waktu TK
saja, setelah TK menjadi sangat ganteng, *eh becanda gue) dan setelah
masing-masing orang tua kami tahu, mereka ingin menjodohkan kita saat usia kita
udah 20 tahun. Hahaha nggak ding, kayak film naon ceunah? Wkwkwkzzz.
Kalo ngomongin ta’aruf, gue jadi inget om gue
yang sebulan yang lalu baru taken. Yaps, pastilah kalian kenal. Fedi Nuril. Gue
sempet shock banget saat om gue itu taken tanpa izin dulu ke keponakannya L Gue dapet kabar ini dari temen jurusan gue
saat itu gue lagi makan siang di kantin Salman ITB.
“Eh, tau nggak Fedi Nuril udah nikah?” Kata
Mela, temen gue yang nggak mau diperlihatkan wajahnya dan nama aslinya.
“Eh seriussssssss?” Tiba-tiba gue ingin
tersedak (macem di sinteron kalo pemeran utamanya dapet kabar buruk)
“Iya, ini lihat deh. Tuh… Eh katanya, Fedi
ta’arufan loh sama istrinya?”
“Oh iya? Istrinya cantik juga ya…” Akhirnya
gue mengakui kenyataan bahwa om Fedi sudah jadi istri sah dari tante Vanny.
Huaaaaa :””(
Malemnya, gue langsung ngepoin abis-abisan
Fedi Nuril. Lewat instagramnya sih yang penting, karena biasanya dia suka post
foto terupdatenya. Wow, bener aja. Dia memang sudah bener-bener MENIKAH dengan
perempuan Jawa. Lah lah lah, gue nemuin ada foto Raline Shah berdiri diantara
Fedi Nuril dan istrinya dari akun instagram fansnya Fedi Nuril – Raline Shah,
Kemal (Kepo Maksimal) banget gue sumpah. Raline berdiri sambil senyum lepas dan
bahagia. Kalau gue boleh berpendapat, yang lebih cocok jadi pengantinnya sih
Raline – Fedi. Gini nih, efek nonton 5 CMnya Genta dan Riani masih belum lepas
wkwkwkwk. Banyak juga komentar yang sepemikiran dengan gue. Ah… mungkin mereka
korban film 5 CM yang nggak rela Genta putus dari Riani. Titik.
Okey…
Entah kenapa ya, semakin gue dewasa gue
semakin memperdulikan masa depan gue. Ya, you know me so well lah. I am sure
you understand What I talk about. Ya, memang. Gue sekarang sudah mengubah pola
pikir gue. Tidak akan menunda-nunda pernikahan. Sama halnya seperti
menunda-nunda berbuka puasa. Berbuka puasa harus disegerakan, toh?? Nah…
Karir.
Sebenernya gue nggak terlalu mengkhawatirkan
karir sih. Bukan karena banyak yang bilang alumni ITB itu akan langsung dapet
kerja atau apa, bukan, bukan itu yang gue maksud. InsyaAllah gue akan bekerja
setelah lulus nanti dan InsyaAllah akan buka usaha jika modal yang gue
kumpulkan itu sudah mencukupi. Gue agak memikirkan aja setelah menikah karir
gue nanti bakal kayak gimana, apalagi kalau udah punya anak. Yah… kalau boleh
bilang sih, gue lebih berat ke anak dibanding karir. Gue bisa aja keluar dari
perusahaan dan buka usaha di bidang kuliner ataupun farmasi. Yang penting anak
gue bisa gue tumbuh dengan baik tanpa bantuan dari baby sitter. Just it.
Duh, obralan kali ini serius banget ya, btw.
Wkwkwk.
Ya begitulah… Di balik cengengesannya gue, di
balik kebandelan yang gue miliki, dan ketawa ketiwi kalo udah ada temen gue
yang gile gile, gue adalah seorang wanita pemikir sesungguhnya. Gue seorang koleris
menurut hasil tes dan pengamatan beberapa orang, tapi gue merasakan kalo gue
juga memiliki sifat melankolis. Yapp, gue seorang semi koleris-melankolis. Kenapa
bilang koleris-melankolis? Gue rasa sifat yang gue miliki ini akan mempengaruhi
cara gue mengambil keputusan. Gue seorang yang memiliki watak yang keras
kepala. Yaaa, gue bandel, yaaa. Tapi gue menyadari semuanya itu, keras kepala
atau apapun itu yang bersifat negative, gue mempunyai sifat yang gue rasa ini
sangat penting dimiliki oleh seorang wanita. Setia dan penyayang keluarga. Gue memang
terlihat tegar ketika gue dapat masalah atas kelakuan gue seperti ini. Gue memang
terlihat jarang menangis, tapi saat gue kangen sama keluarga gue dan ketika
melihat perjuangan ibu bapak gue menghidupi keluarga ini gue suka nangis
sendiri tanpa mereka tahu.
Ibu…
Maafkan anakmu ini yang sudah mulai memikirkan
tentang ‘pernikahan dan keluarga’. Nonik emang sudah dewasa dan pantas
memikirkan hal itu.
Maafkan anakmu ini yang sudah mulai
memantaskan diri, belajar mencapai menjadi seorang wanita yang baik untuk ibu
untuk anak-anakku kelak dan istri dari suamiku kelak.
Ibu…
Maafkan anakmu yang sudah berani menyukai
sesosok laki-laki yang sifatnya agak berbeda denganku.
Maafkan anakmu yang sudah mencintai diam-diam
seorang laki-laki yang baru dikenal sekitar dua bulan yang lalu.
Ibu…
Do’akan saja yang terbaik untuk diriku. Nonik minta
do’a untuk semua kelancaran kuliah, bermuhasabah, memantaskan diri, bertanggung
jawab terhadap studi, dan tugas-tugasku.
Anakmu perempuan satu-satunya yang keras
kepala, yang bandel, suka bolos, cuek, mudah menangis karenamu, dan sangat
mencintaimu ini sedang berusaha untuk apa yang sedang dicapainya di sini, di
Bandung, di ITB….
Komentar
Posting Komentar