Sebuah Tameng Keikhlasan
![]() |
sumber : www.google.com |
Aku tidak tahu sampai kapan hal ini
akan terjadi pada diriku. Aku hanya tahu kapan hal ini terjadi, tapi aku tidak
tahu kapan waktu akan mengembalikan semuanya itu pada keadaan semula. Biarkan
saja ini terus terjadi, biarkan saja bunga ini terus tumbuh dan bersemi. Setiap
hari akan aku beri air dan pupuk dengan kualitas tinggi agar bunga yang
dihasilkannya pun akan memiliki kualitas yang tinggi. Sama halnya dengan hati,
pikiran dan perasaan ini. Aku akan jaga dan rawat dengan baik supaya mereka
tumbuh dengan baik dan tidak rusak.
Kubiarkan perasaan ini tumbuh secara
baik bersama dengan pikiran yang menjadi kemudi karena aku tahu jika perasaan
ini akan tumbuh tanpa kemudi yang baik dari pikiran dan logika, atas dasar
kebaikan, maka perasaan ini akan tidak beralur baik, akan mencoba merusak si
pemilik perasaan itu dan akan mengudang sebuah dosa. Ya, biarkan itu tumbuh.
Biarkan perasaan itu tumbuh dengan
baik. Biarkan perasaan itu tumbuh untuk mendewasakan diriku. Biarkan perasaan
itu tumbuh untuk mengajarkan berbagai hal, terutama keikhlasan dalam hal
mencintai. Karena sesungguhnya cinta adalah memberikan tanpa mengharapkan
balasan. Aku berusaha membuat tameng itu dengan sebuah keikhlasan yang memang
sedikit sulit untuk diraih maknanya. Tapi aku akan belajar dan mengikuti
prosesnya dengan baik.
Aku tidak pernah menganggap
pemberian Tuhan ini sebagai hal yang rumit. Tuhan sudah memberikan sebuah
anugrah supaya aku memperbaiki diri ini melalui dia. Aku tidak pernah menyesali
pemberian ini. Ini tidaklah rumit. Namun, yang harus aku ketahui adalah ‘dia’
membutuhkan keikhlasan agar suatu saat nanti aku tidak akan jatuh ke dalam
jurang yang dalam jika Tuhan menggariskan bahwa ‘dia’ tidak akan pernah
ditakdirkan untuk kumiliki seumur hidupku.
Ikhlas dengan ‘dia’.
Tuhan…
Aku berusaha untuk membuat semuanya
tidak rumit dengan membuat sebuah tameng berupa keikhlasan.
Aku..
Sedang..
Melakukannya..
Mungkin tameng itu akan menjadi
jalanku untuk terus memperbaiki diri sedikit demi sedikit. Ikhlas. Memberi tanpa
mengharapkan balasan, walaupun diri ini pernah meminta Tuhan akan memberikan scenario
yang baik yang diharapkan pemerannya untuk bisa mendapatkan scenario happy
ending. Aku tidak berharap banyak. Aku tidak mau berekspektasi terlalu tinggi. Aku
takut kekecewaan ini akan datang terus menerus tiada henti karena sebuah scenario
itu. Tidak, tidak. Aku akan menerima scenario Tuhan dengan ikhlas dan lapang
dada. Bukankah Tuhan Maha Pemberi Rencana yang baik untuk setiap hambanya?
Komentar
Posting Komentar